Minggu, 07 Juni 2009

Kisah nyata, 2 Maret 2009


Misteri di Balik Telepon ”


Di pagi yang mendung ini aku siap untuk berangkat ke kampus. Hari ini ada Raker Hima Diksat , membahas tentang PHBII yang akan di laksanakan tanggal 21 Februari nanti. Sebelum Raker Hima, aku dapat telepon aneh dari seseorang yang tidak aku kenal kira-kira pukul 02.14 siang. Waktu itu aku lagi di Puskom sama Asep and friends mau liat nilai UAS semester I.

Tuuuuuuuut..... hp aku bunyi. Aku angkat, nomor tak di kenal! “ siapa nih !” ‘asslamualaikum”,”waalaikum salam”. “Maaf pak, apa benar ini yang punya nomor 0819064634xx...?” (dengan suara yang tegas ). ”Iya pak betul ini nomor saya“, jawab aku. ”Maaf pak, ini dari kepolisian setempat, mau ada penyelidikan tentang nomor ini karena nomor ini bermasalah atau nomor ini ada penggandaan”.

Dari kepolisian....?”(gerutu aku dalam hati) , aku diam sejenak, aku bingung, masa penyelidikan nomor di introgasi sama polisi bukannya operator. Orang itu nyambung lagi, “maaf pak, tolong hpnya dimatikan dulu dalam waktu 2 jam, soalnya takut ada kesalahan pelacakan, maaf pak mengganggu, silakan lanjutkan aktifitasnya, terima kasih”. “baik pak (dengan wajah aku yang makin bingung saja), assalamuaalaikum”..”waalaikum salam”. Telepon ditutup.

Ada angin apa aku dapat telepon aneh kayak gitu, aku gemeteran saat menerima telpon itu karena suara polisi itu tegas banget. Aku disitu kebingungan sendiri, ada perasaan tidak enak juga, dapat telepon yang tidak jelas gitu.

Riel kita ke PKM yu ! udah ditungu nih ama kakak-kakak Hima” ajak Asep. “Ok coy, gitu aja kok curhat”. Akhirnya kita get out ke PKM.

Kenapa aku masih kepikiran aja yah yang tadi telepon”. ” udah Riel jangan dipikirin” ujar Asep,”yu kita masuk ke aula PKM”. Kita masuk dan acaranya langsung dibuka.





Suasana di rumah


( Ternyata sebelum polisi itu telepon aku, dia telepon ke rumahku dulu.

Apa maksudnya ? aku bingung, mau tahu ? baca lagi dong ! )


Waktu ibuku sedang sholat dhuhur di mushola rumah , tiba-tiba telepon rumah bunyi. Kriiiiing..., kriiiiiiing....., kriiiiiing......, ibu langsung menunda sholatnya dan segera menuju ke ruang tengah untuk mengangkat telepon, karena pada saat itu dirumah lagi tidak ada orang, bapak lagi istirahat, jadi ibu yang mengangkat telepon ( + pukul 2 siang ).

Telepon diangkat. “Assalamualaikum”, ” ya, Waalaikum salam”. ”Apa bener ini kediamannya bapak Pasha ?”, “Ya betul”. “Maaf bu ini dari kepolisian, kami mau memberi tahu bahwa suami anda, bapak Abu mengalami kecelakaan”. Ibu bingung, karena bapak ada di rumah. “ Maaf pak suami saya ada di rumah lagi istirahat”, “ maaf bu maksud kami anak ibu, dia mengalami kecelakaan di Tangerang, dia tertabrak mobil pertamina.” Ibu langsung kaget dan histeris, pikirannya melayang dan spontan cepat-cepat membangunkan bapak dari tidurnya. Dengan suara kencang sambil menangis.” Paaaak !! bangun pak anak kita pak !! anak kita kecelakaan”, secara spontan juga bapak bangun dan langsung menuju telepon mengambil alih pembicaraan. “ Halo, iya pak apa benar anak saya kecelakaan, sekarang anak saya ada dimana...?” dengan ekspresi wajah yang sangat panik. “ sekarang anak bapak sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit umum Tangerang, mobil yang menabrak sudah kami amankan, sekarang anak bapak sedang dalam keadaan kritis”. Mendengar hal itu ibu langsung menangis histeris dan terjatuh.

baik pak saya mau siap-siap dulu untuk segera ke sana” jawab bapak dengan wajah pucat. “ pak masalah ini bisa di hubungi lebih lanjut ke dokternya, dr. Setiawan, ini nomor hp nya 085763xxxxx “. “terima kasih pak” .Telepon pun di tutup.


Kadaan rumah pada saat itu berubah menjadi sangat panik, ibu langsung saja memberi tahu kepada sanak saudara yang lain, dan menyuruh bibiku ( bi Tuti ) untuk memberi tahu kepada nenek dulu, karena rumahnya yang dekat dari rumah ku. Pada waktu itu bibiku pas datang ke rumah habis selesai mengajar, biasa kalau pulang mampir dulu ke rumahku. Dengan cepat bibi langsung menuju rumah nenek tergesa-gesa jalan kaki dari rumahku. Sudah sampai dirumah nenek, sambil ngomong nafasnya terengah-engah karena capek jalan kaki” bu...bu....ibuu..!! si Ariel bu, kecelakaan !!”. Pas di rumah nenek lagi kumpul-kumpul, di situ ada pamanku juga (mang Agus) dan temannya. Saking kagetnya, nenek yang tadinya duduk langsung berdiri yang lainnya pun juga ikut panik mendengar hal itu. “ yang benar !!, dimana kejadiannya ?”, “di Tangerang, sekarang lagi menuju rumah sakit dan keadaannya kritis”. Tetangga di situ pun pada tahu, akhirnya kabar tersebut terdengar satu kampung. Ibu juga memberi tahu wa muslim tapi lagi tidak ada dirumah, wa lagi di Pontang, dirumah saudara juga. Lalu ibu menyuruh anaknya wa muslim, si Febri untuk menyusul ke Pontang untuk memberi tahu. Pas itu juga keadaan di Pontang lagi kumpul-kumpul juga, ya sudah semuanya ikut panik juga saat si Febri memberi tahu wa muslim di Pontang. Berita ini membuat semua keluargaku panik sejagat tak karuan.


Selain ibu dan bibi, bapak juga sibuk mencari kendaraan. “ Bu kita kesana bawa kendaraan siapa ? ”. “Itu pak, pak Ryan saja, mudah-mudahan lagi ada di rumah”. “Oh iya bu”. Bapak segera menuju ke rumah pak Ryan (tetangga sebelah). Tok...tok..tok. “ assalamualaikum 3x “.” waaalikum salam, pak Pasha, ada apa pak ?”. yang membuka pintu istrinya pa Ryan. “ pak Ryan nya ada bu?”. “ ada, sedang tidur, sebentar yah pak di bangunkan dulu, silahkan duduk dulu !”. “iya, terima kasih bu”. Istrinya pak Ryan pun segera membangunkan pak Ryan. “Mas bangun !, di luar ada pak Pasha”. ” Ada apa mah ? “. ” Tidak tahu sepertinya ada perlu, wajahnya panik gitu.” pak ahmad bangun dan menghampiri bapak. “Tumben pak, ada apa ya ?. ”Pak Ryan, anak saya kecelakaan di Tangerang, saya mau minta tolong. Kendaraan kami tidak ada, pak Ryan bisa antar kami ke sana ?”. Pak Ryan pun kaget. ” Hah !!, yang benar pak , ya sudah saya siap-siap dulu ya pak”. “ Terima kasih pak Ryan, maaf merepotkan !”. “Tidak apa-apa”.


Bapak pun segera balik kerumah,dan mencoba menghubungi dr.setiawan. Dokter yang katanya menangani aku. “Asalaamualaikum.” “Waalaikum salam.”

Apa benar ini dr. Setiawan yang menangani anak saya yang kecelakan ?” , ”iya pak betul”. ”Aduh pak anak bapak harus segera ditangani, kondisinya kritis kepalanya pecah, kakinya patah dan harus segera di atasi. Jika, dalam waktu saja jam saja telat anak bapak bisa fatal akibatnya pak. Coba saja Bapak hubungi pak dr. Suyono, dia yang menangani masalah obat-obatan dan peralatannya di Indofarma, ini pak nomor hp dr.suyono 0817876xxxx...., “ya sudah pak terima kasih.”

Bapak pun langsung menghubungi dr.Suyono. Singkat, “silakan bapak transferkan uangnya saja, karena disini tidak ada dana , anak bapak tersebut kaki nya patah, disini tidak ada alatnya kami tadi sudah menghubungi rumah sakit yang ada di Singapura karena mungkin disana ada, dan + harganya 80 jt-an pak.”

Saat mempermasalahkan dana tersebut seperti ada yang ribut di telepon dr.suyono. Bapak pun curiga dan ada perasaan yang tidak enak. “Maaf dok, kami tidak punya uang sebesar itu, ya sudah dok saya mau lihat anak saya dulu kalau urusan dana nanti saja di pikirkan.”

Bapak pun langsung menutup telepon dan siap-siap berangkat ke Tangerang bersama keluarga.


Saat sampai di Tangerang berputar-putar mencari rumah sakitnya. Pas sudah ketemu, bapak pun bertanya kepada petugas rumah sakit. Anehnya pihak rumah sakit tidak tahu, dan katanya tidak ada pasien yang namanya Ariel. Bapak dan keluargaku pun bingung. Tanya kesana kemari ternyata memang benar tidak ada ada.

Di sela-sela kebingungan itu, paman pun mencoba untuk menghubungi hp aku, dan akhirnya nyambung yang sebelumnya tidak nyambung-nyambung. Karena sebelumnya kan hp aku disuruh dimatikan dulu sama orang yang aneh itu (polisi yang sebelumnya telepon aku) selama dua jam dan waktu dua jam sudah habis. lalu aku coba aktifkan ponselku.

Pas aku aktifkan, langsung ada panggilan masuk, nomor tak dikenal. Tidak aku angkat. Aku menyuruh Asep yang ngangkat telepon.” ( karena aku malas ngangkat telepon yang tak dikenal). “Halo!”.”Iya halo, ini siapa, Ariel nya mana ?” ,”oh ada.” Asep menyerahkan hpnya padaku. “ iya halo, ni siapa ?”, “ini mang Agus, mana Arielnya? gimana keadaannya ?“. Mang Agus masih tidak sadar juga kalau yang ngangkat telepon itu aku, dia mengira kalau aku sedang terpapar tak berdaya di rumah sakit. Padahal, aku lagi kumpul sama Hima di kampus. “ ini aku Ariel, mang Agus kenapa sih kok suaranya kayak orang panik gitu ?”, “ yang bener ini Ariel, kak Pasha ini Ariel kak ! ”. Mang Agus memanggil bapak yang ada di sampingnya dan menyerahkan ponselnya.

Halo, ini bener Ariel ? (dengan ekspresi wajah yang tidak percaya). ya Allah... Alhamdulilah !!, sekarang kamu lagi ada dimana, kamu ngga apa-apa kan?. Bapak sekarang lagi ada ada di Tangerang, katanya kamu kecelakaan, tertabrak mobil pertamina, kepalanya pecah dan kakinya patah”. “Astagfirullah, Ariel dari tadi di kampus aja pak gak kemana mana, ya Allah pak, itu penipuan pak” (dengan wajah aku yang kaget banget mendengar hal itu). Bapak pun merasa lega karena aku ternyata tidak apa-apa, dalam hatinya menangis senang. “ ya sudah kamu jangan pulang dulu nanti bapak nyusul ke kampus dan pulangnya sama bapak, kamu jangan kemana-mana , tunggu bapak sebelum magrib”. “ baik pak” jawab aku.

Astagfirullah siapa yang tega menipu keluarga aku sampai panik sejagat itu “ (gerutu aku dalam hati).


Akhirnya bapak pun sampai ke kampus. Aku di suruh cepat-cepat keluar dari aula PKM, di tunggu di gerbang kampus. Aku pun keluar menemui mereka. Saat bertemu denganku bapak langsung memelukku, dengan tubuh yang bergetar-getar dan langsung menyuruhku masuk ke mobil,. Dalam hati kecilnya menangis bahagia karena ternyata aku tidak apa-apa dan selamat ( dari tadi juga kan aku tidak apa-apa ). Saat tiba di rumah, semua keluarga pun menangis tersedu-sedu karena aku masih bisa bertatap muka dengan mereka. Karena bayangan mereka, aku sedang terpapar tak berdaya di rumah sakit dan sudah tidak ada harapan lagi.

Mereka pun langsung memelukku. Apalagi ibuku, katanya sudah satu ember dia meneteskan air matanya, saat mendengar aku kecelakaan. Kami pun sekeluarga tersenyum bahagia dan tertawa karena lucu saja, orang yang ditangisi ternyata ada di depan mata, mereka mengira aku tak bisa kembali lagi berkumpul bersama mereka.

Ini semua seperti mimpi bagiku dan keluargaku.














Renungan

Kejadian ini membukakan mata hatiku yang tertutup, ternyata sungguh betapa disayangnya aku ini sama mereka (Ortu dan keluarga), yang mungkin aku banyak sekali melakukan dosa pada mereka.

Aku pun termenung sejenak, sambil menangis. Aku tidak bisa membayangkan seandainya kejadian ini bener-benar-terjadi padaku.

Betapa bersyukurnya aku, karena aku masih punya keluarga yang bisa menyayangiku sepenuh hati mereka. Aku pun sadar, dan aku akan berusaha untuk tidak mengecewakan mereka sampai nafasku ku ini berhenti.

Misteri di balik telepon ini pun dibiarkan begitu saja, karena nomor telepon sang pelaku tidak pernah bisa di hubungi. Semoga orang yang berniat jahat itu di sadarkan oleh Allah dan kembali ke jalan yang benar.






( Encep Joker, II A )













Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih !